Minggu, 10 April 2016

Tugas Softskill Bahasa Indonesia 2#



Kesimpulan 
Kalau mereka memahami dengan baik kebudayaan mereka tak akan bicara begitu. Tapi sebenarnya, kalau mereka menyadari bahwa mereka tidak tahu, apa pula gunanya turut menyampaikan pendapat. Tidak tahu itu sebaiknya diam. Dan itu akan lebih bijaksana untuk tidak ikut membuat suasana gemuruh dengan debat demi debat yang tak ada ujung-pangkalnya. Dan kabinet tak pernah akan produktif bila pejabat yang tak tahu persoalan turut menambah keruwetan.

Esai ini bicara tembakau dalam kebudayaan untuk meneguhkan bahwa seluruh proses penciptaan tembakau, dari awal menyemai bibit sampai menjadi produk olahan, yang keseluruhannya dibingkai tradisi demi tradisi yang sudah mapan, ini semua kebudayaan. Tembakau dalam kebudayaan mengingatkan dua hal: dalam kebudayaan, ada proses yang mendahului semua hasil.

Isi dari Opini 

Dengan begitu tembakau bukan hanya sekadar tembakau sebagaimana kita kenal. Ketika mendengar kata tembakau, ada kalanya kita harus segera mengartikannya sebagai kretek. Saat ini masih banyak kalangan yang mengonsumsi tembakau yang belum diolah menjadi kretek sebagaimana kita sebut di atas. Barang yang mereka konsumsi itu disebut tingwe, artinya nglinting dewe. Maksudnya membuat sendiri kretek yang khas buatan tangan.

Produk seperti itu memiliki ciri khas dan menawarkan sejenis kebanggaan tersendiri. Di sana ada unsur klasik, ada kenangan akan desa, ada pula tradisi para leluhur. Tradisi itu menggambarkan bahwa mereka mengisap kretek dengan membeli sendiri tembakau dan kertas khusus, lalu melintingnya menjadi suatu gulungan kecil. Itu gulungan sendiri dengan suatu kesan masa lalu yang dihadirkan kembali ke dalam kekinian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar